Home » » Nabi Harun & Musa As (Kitab Taurat)

Nabi Harun & Musa As (Kitab Taurat)

alecobain | 21.18 | 0 komentar
Nabi Harun & Nabi Musa As diturunkan oleh Allah pada masa pemerintahan Fir'aun. Manusia saat itu benar-benar tunduk terhadap pernyataan orang-orang kafir. Mereka menaati—barangkali itu karena terpaksa perkataan Fir'aun. Mesir kembali menggunakan sistem multi tuhan setelah sebelumnya disinari oleh tauhid yang disuarakan oleh Nabi Yusuf. Sementara itu, anak-anak Yakub atau anak-anak Israil mereka telah menyimpang dari tauhid. Mereka mengikuti orang-orang Mesir. Sedikit sekali dari keluarga mereka yang masih mempertahankan agama tauhid secara tersembunyi.

Ketika Nabi Yusuf menjadi penguasa di Mesir dan ketua para menteri agama di Mesir berubah menjadi agama tauhid atau Islam.

Datanglah suatu masa atas Bani Israil di mana mereka semakin banyak dan semakin menyebar. Mereka mengerjakan berbagai macam pekerjaan, dan mereka memenuhi pasar-pasar Mesir. Berlalulah hari demi hari. Mesir diperintah oleh seorang raja yang bengis di mana orang-orang Mesir menyembahnya. Raja yang jahat ini melihat Bani Israil semakin banyak dan semakin berkembang serta mengambil posisi-posisi penting. Raja mendengar pembicaraan Bani Israil tentang berita yang samar di mana dalam berita itu dikatakan bahwa salah seorang anak Bani Israil akan menjatuhkan Fir'aun Mesir dari singgasananya. Barangkali berita itu berasal dari suatu mimpi dari mimipi-mimpi hidup atau mimpi nyata yang mengelilingi hati kelompok minoritas yang tertindas, dan mungkin itu merupakan berita gembira yang tersebut dalam kitab-kitab mereka. Apa pun halnya, berita ini telah sampai di telinga Fir'aun.

Kemudian Fir'aun mengeluarkan perintah yang aneh, yaitu jangan sampai seorang pun dari Bani Israil yang melahirkan anak. Maksud dari perintah ini adalah, hendaklah setiap anak yang lahir dari jenis laki-laki dibunuh. Aturan ini mulai diterapkan. Tapi para pakar ekonomi berkata kepada Fir'aun: Orang-orang tua dari Bani Israil akan mati sesuai dengan ajal mereka, sedangkan anak-anak kecilnya disembelih maka ini akan berakhir pada hancurnya dan binasanya Bani Israil namun Fir'aun akan kehilangan kekayaan dan aset manusia yang dapat bekerja untuknya atau menjadi budak-budaknya dan wanita-wanita tidak dapat lagi dimilikinya. Maka yang terbaik adalah, hendaklah dilakukan suatu proses sebagai berikut: Anak laki-laki disembelih pada tahun yang pertama dan hendaklah mereka dibiarkan pada tahun berikutnya. Fir'aun sependapat dengan pikiran ini karena itu dianggap lebih menguntungkan dari sisi ekonomi.

Ibu Musa mengandung Harun pada tahun di mana anak-anak kecil tidak dibunuh maka ia melahirkannya secara terang-terangan. Ketika datang tahun yang ditetapkan di dalamnya bahwa anak-anak kecil harus dibunuh, ia melahirkan Musa. Saat melahirkan Musa, sang ibu merasakan ketakutan yang luar biasa. la mencemaskan bahwa jangan-jangan anaknya akan dibunuh. Maka si ibu menyusuinya secara sembunyi-sembunyi. Kemudian datanglah suatu malam yang penuh berkah di mana Allah SWT mewahyukan kepadanya:

"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: 'Susuilah dia dan apabila khawatir terhadapnya maka jatuhkalah ia ke dalam sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir danjanganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.'" (QS. al-Qashash: 7).

Mendengar wahyu Allah SWT itu dan mendengar panggilan yang penuh kasih sayang dan suci ini, ibu Musa langsung menaatinya. Ia diperintahkan untuk membuat peti kecil bagi Musa. Setelah menyusuinya, ia meletakkannya di peti itu. Kemudian ia pergi ke tepi sungai Nil dan membuangnya di atas air. Hati sang ibu adalah hati yang paling pengasih di dunia. Hatinya dipenuhi penderitaan saat ia melemparkan anaknya di sungai Nil, tetapi ia menyadari bahwa Allah SWT lebih Pengasih terhadap Musa dibandingkan dengan dirinya. Allah SWT lebih mencintainya dibandingkan dengan dirinya. Allah SWT adalah Tuhannya dan Tuhan sungai Nil.

Belum lama peti itu menyentuh sungai Nil sehingga sang Pencipta mengeluarkan perintah kepada arus sungai agar menjadi tenang dan bersikap lembut terhadap bayi yang dibawanya yang pada suatu hari akan menjadi Nabi. Sebagaimana Allah SWT memerintahkan kepada api agar menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim, begitu juga Allah SWT memerintahkan kepada sungai Nil agar membawa Musa dengan tenang dan penuh kelembutan sehingga menyerahkannya ke istana Fir'aun. Air sungai nil membawa peti yang mulia ini ke istana Fir'aun. Di sana ombak menyerahkannya kepada tepi pantai kemudian ia mewasiatkan kepada tepi pantai itu. Dan angin berkata kepada rumput yang tidur di sisi peti: Jangan engkau banyak bergerak karena Musa sedang tidur. Rumput itu pun menaati perintah angin dan Musa tetap tidur.

Pada hari itu, matahari menyinari istana Fir'aun. Istri Fir'aun keluar berjalanjalan di kebun istana sebagaimana biasanya. Kita tidak mengetahui apa gerangan yang menjadikannya berjalan-jalan dan menempuh jarak yang lebih jauh dari yang biasa di tempuhnya.

Istri Fir'aun berbeda sekali dengan Fir'aun. Fir'aun adalah seorang kafir sementara istrinya adalah seorang yang beriman. Fir'aun adalah seorang yang keras kepala sementara istrinya adalah seorang yang penyayang. Fir'aun adalah seorang penjahat sementara istrinya adalah seorang yang lembut dan penuh cinta. Di samping itu, istrinya merasakan kesedihan yang dalam karena ia belum mampu melahirkan anak. Ia merindukan untuk mendapatkan anak. Istri Fir'aun berhenti di sisi kebun kemudian bau harum yang datang dari pohon itu menyebarkan perasaan sedih akan rasa kesendirian. Pada saat yang sama, wanita-wanita yang membantunya sudah memenuhi tempat-tempat air yang diambil dari sungai. Tiba-tiba mereka mendapati peti di sisi kaki mereka. Mereka membawa peti itu seperti semula ke istri Fir'aun. Ia memerintahkan untuk membukanya lalu mereka pun membukanya. Betapa terkejutnya istri Fir'aun ketika melihat Musa di dalamnya. Maka ia pun merasakan bahwa ia mencintainya seperti anaknya sendiri. Allah SWT menaruh dalam hatinya rasa cinta kepada Musa sehingga air matanya berlinang.

Kemudian ia membawa peti mati itu. Istri Fir'aun membolak-balikkan Musa sambil menangis. Musa terbangun dan ia pun menangis. Musa tampak lapar ia membutuhkan air susu pagi dan tetap menangis. Fir'aun duduk di atas meja makan. Ia menantikan istrinya namun yang ditunggu belum hadir. Fir'aun mulai marah dan mencarinya. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan kedatangan istrinya dengan membawa Musa. Istri Fir'aun tampak sangat menyayanginya. Ia terus menciuminya dan air matanya berlinangan. Fir'aun bertanya, "dari mana datangnya anak kecil ini?" Kemudian mereka menceritakan kepadanya bahwa mereka menemukannya di sebuah peti di tepi sungai. Fir'aun berkata: "Ini adalah salah satu anak Bani Israil. Sesuai dengan peraturan, anak-anak yang lahir tahun ini harus dibunuh." Mendengar keputusan Fir'aun itu, istri Fir'aun berteriak dan ia mendekap Musa lebih keras:

"Dan berkatalah istri Fir'aun: '(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat hepada kita atau kita ambil iajadi anak.'" (QS. al-Qashash: 9).

Fir'aun tampak keheranan sekali melihat aksi istrinya yang mendekap anak kecil yang mereka temukan di tepi sungai. Fir'aun tampak tercengang karena istrinya menangis dengan gembira di mana Fir'aun tidak pernah mendapati istrinya menangis karena gembira seperti ini. Fir'aun mulai mengetahui bahwa istrinya menyayangi anak ini seperti anaknya sendiri. Fir'aun berkata dalam dirinya: Barangkali ia ingat bahwa ia tidak mampu melahirkan anak dan menginginkan anak ini. Akhirnya, Fir'aun sepakat atas apa yang dikatakan oleh istrinya. Fir'aun memenuhi keinginannya dan menyetujuinya untuk mendidik anak ini di istananya. Dan ketika mendengar persetujuan Fir'aun, tampaklah keceriaan yang luar biasa pada wajah istrinya. Fir'aun belum pernah menyaksikan keceriaan seperti ini. Fir'aun telah menghadirkan berbagai macam hadiah kepadanya, juga perhiasan dan budak tetapi ia belum pernah tersenyum. Namun mereka merasa kebingungan karna Musa menolak setiap wanita yang mencoba menyusuinya.

Saudara perempuan Musa berkata kepada para pengawal Fir'aun: "Apakah kalian mau aku tunjukkan suatu keluarga yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya." Istri Fir'aun menjawab: "Seandainya engkau dapat membawa kepada kami wanita yang dapat menyusuinya dan dapat mengasuhnya niscaya kami akan memberimu hadiah yang besar.

Lalu saudara perempuan Musa itu kembali dan menghadirkan ibunya. Si ibu menyusuinya dan Musa pun menyusu dengan tenang. Melihat hal itu, istri Fir'aun sangat gembira dan berkata: "Bawalah dia sehingga masa penyusuannya selesai, lalu kembalikanlah dia kepada kami dan kami akan memberimu suatu balasan yang besar atas penyusuan dan pendidikan yang engkau berikan."

Demikianlah Allah SWT mengembalikan Musa kepada ibunya agar ia merasa gembira dan hatinya menjadi tenang dan tidak bersedih serta agar ia mengetahui bahwa janji Allah SWT benar dan bahwa perintah-Nya dan ketentuan-Nya pasti terlaksana meskipun banyak rintangan dan tantangan. (QS. al-Qashash: 10-13).

Lalu setelah ibu Musa menyempurnakan penyusuan lalu menyerahkannya ke rumah Fir'aun.

Musa tumbuh di rumah Fir'aun. Beliau mempelajari ilmu hisab, ilmu bangunan, ilmu kimia, dan bahasa. Beliau tidur di bawah bimbingan agama. Oleh karena itu, Musa tidak mendengar omongan kosong yang dikatakan oleh pendidik tentang ketuhanan Fir'aun. Jarang sekali ia mendengar bahwa Fir'aun adalah tuhan. Beliau pun menepis pernyataan dan anggapan ini. Beliau tinggal bersama Fir'aun di satu rumah. Beliau mengetahui lebih daripada orang lain bahwa Fir'aun hanya sekadar manusia biasa tetapi ia orang yang lalim. Musa mengetahui bahwa ia bukanlah anak dari Fir'aun. Beliau adalah salah seorang dari Bani Israil. Beliau menyaksikan bagaimana pengawal-pengawal Fir'aun dan para pengikutnya menindas Bani Israil. Akhirnya, Musa tumbuh besar dan mencapai kekuatannya.

Ketika para pengawal lalai darinya, Musa memasuki kota. Musa berjalan-jalan di sekitar kota. Kemudian Musa mendapati seorang lelaki dari pengikut Fir'aun yang sedang berkelahi dengan seseorang dari Bani Israil. Lalu seseorang yang lemah dari kedua orang itu meminta tolong kepadanya. Musa pun turut campur dalam urusan itu. Musa mendorong dengan tangannya seorang lelaki yang berbuat aniaya itu. Ternyata Musa membunuhnya. Saat itu Musa memang terkenal sebagai orang yang kuat sampai pada batas di mana dengan sekali pukul saja untuk melerai musuhnya, ia justru membunuhnya. Tentu Musa tidak sengaja untuk membunuh orang laki-laki itu. Tetapi apa yang terjadi? Lelaki itu tersungkur dan kemudian mati. Musa berkata kepada dirinya: Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya ia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata. Kemudian Musa berdoa kepada Tuhannya dan berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku maka ampunilah aku." Allah SWT pun mengampuninya. Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. QS. al-Qashash: 14-17).

Musa meninggalkan kota dan menjadi orang yang terusir. Musa segera keluar dalam keadaan takut dan sambil waspada Musa selalu berdoa dalam hatinya: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim." Kaum itu memang benar-benar orang-orang yang lalim. Mereka ingin menerapkan hukuman bagi pembunuh dengan sengaja atas Musa, padahal Musa tidak melakukan selain berusaha memisahkan orang yang berkelahi tetapi dengan tidak sengaja ia membunuhnya. Musa segera keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi pergi ke istana Fir'aun dan tidak mengganti pakaiannya, dan beliau tidak membawa makanan untuk perjalanan. Beliau tidak membawa binatang tunggangan yang dapat mengantarkannya. Beliau tidak pergi bersama suatu kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan kabar dari seorang mukmin yang mengingatkannya dari ancaman Fir'aun.

Musa melalui jalan yang tidak lazim dilalui orang biasa. Musa memasuki gurun dan ia menuju ke suatu tempat yang di situ Allah SWT membimbingnya. Kemudian sampailah Musa di suatu tempat yang bernama Madyan. Nabi Musa memperhatikan kumpulan pengembala yang sedang mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Musa ingat bahwa ia sedang lapar dan haus. Ia berkata dalam dirinya: Aku tidak dapat memenuhi perutku dengan air selama aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan. Musa berjalan menuju tempat air. Sebelum sampai, ia mendapati dua orang perempuan yang sedang menyendirikan kambing-kambingnya agar jangan sampai tercampur dengan kambing orang lain.

Melalui ilham, Musa merasa bahwa kedua wanita itu membutuhkan pertolongan. Musa lupa terhadap rasa hausnya, lalu beliau menuju ke arah mereka dan bertanya : apakah ia dapat membantu mereka? Lalu seorang gadis yang paling tua berkata: "Kami menunggu sampai selesainya para gembala itu mengambil air untuk binatang gembalaan mereka." Musa bertanya: "Mengapa kalian tidak mengambil air sekarang?" Gadis yang paling kecil berkata: "Kami tidak mampu untuk berdesak-desakan dengan kaum pria." Nabi Musa keheranan karena mengetahui kedua gadis itu menggembala kambing. Seharusnya yang mengembala kambing adalah kaum pria. Ini adalah tugas yang berat dan sangat melelahkan. Musa bertanya: "Mengapa kalian mengembala kambing?" Masih kata gadis yang paling kecil: "Orang tua kami sudah tua di mana kesehatannya tidak dapat membantunya untuk keluar dari rumah dan mengembala kambing setiap hari." Musa berkata: "Kalau begitu, aku akan membantu kalian untuk mengambil air tersebut."

Musa berjalan menuju tempat air. Musa mengetahui bahwa para pengembala meletakkan di atas bibir air suatu batu besar yang tidak bisa digerakkan kecuali oleh sepuluh orang. Musa merangkul dan mengangkatnya dari bibir sumur. Otot-otot Musa tampak menonjol saat memindahkan batu itu. Musa adalah seorang lelaki yang kuat. Akhirnya, Musa berhasil mengambilkan air bagi remaja putri itu, dan kemudian ia mengembalikan batu itu ke tempatnya.

Kedua gadis itu kembali ke rumah ayahnya. Si ayah bertanya: "Hari ini kalian kembali lebih cepat dari biasanya?" Gadis yang paling tua berkata: "Sungguh hari ini kami sangat beruntung. Wahai ayah, kami bertemu dengan seorang lelaki yang mulia yang mengambilkan air bagi hewan kami sebelum orang-orang lain mengambilnya." Si ayah berkata: "Alhamdulilah." Gadis yang paling kecil berkata: "Saya kira wahai ayahku dia datang dari tempat yang jauh dan tampak ia sedang lapar. Saya melihat dia dalam keadaan kecapaian meskipun ia seorang lelaki yang kuat."

Si ayah berkata kepada anak perempuannya: Pergilah engkau padanya dan katakan, sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas jasamu mengambilkan air untukku. Kemudian anak perempuan itu pergi menemui Musa dalam keadaan hatinya berdebar-debar. Perempuan itu berdiri di depan Musa dan menyampaikan surat dari ayahnya. Musa bangkit dari tempat duduknya dan pandangannya tertuju ke bawah. Musa tidak bermaksud mengambilkan air untuk mereka dengan tujuan mengharapkan upah dari mereka. Beliau membantu mereka hanya semata-mata karena Allah SWT. Beliau merasakan dalam dirinya bahwa Allah SWT-lah yang mengarahkan beliau untuk membantu mereka.

adis itu berjalan di depan Musa kemudian bertiuplah angin dan menyentuh pakaiannya sehingga Musa menundukkan pandangan matanya karena merasa malu. Musa berkata kepadanya: "Saya akan berjalan di depanmu dan tunjukkanlah jalan kepadaku." Mereka pun sampai di kediaman si ayah. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa si ayah ini adalah Nabi Syu'aib. Beliau memperoleh usia yang panjang setelah kematian kaumnya. Ada juga yang mengatakan bahwa si ayah adalah putra dari Nabi Syu'aib. Orang tua itu menghidangkan kepada Nabi Musa makanan siang dan bertanya kepadanya dari mana ia datang dan kemudian ke mana ia akan pergi.

Musa mengungkapkan ceritanya. Orang tua itu berkata kepadanya, jangan khawatir dan jangan takut. Engkau akan selamat dari orang-orang yang lalim. Negeri ini tidak tunduk pada Mesir dan mereka tidak akan sampai di sini. Mendengar ucapan itu, Musa menjadi tenang dan bangkit untuk pergi. Salah seorang anak perempuan itu berkata kepada ayahnya dengan berbisik: "Wahai ayahku, berilah dia upah." Sesungguhnya engkau akan memberikan upah kepada seorang yang kuat dan jujur. Si ayah bertanya kepadanya: "Bagaimana engkau mengetahui dia seorang lelaki yang kuat?" Anak perempuannya menjawab: "Saya lihat sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu diangkat oleh sepuluh orang lelaki." Si ayah bertanya lagi: "Bagaimana engkau mengetahui bahwa dia seseorang yang jujur." Perempuan itu menjawab: "Ia menolak untuk berjalan di belakangku dan ia berjalan di depanku sehingga ia tidak melihatku saat aku berjalan, dan selama perjalanan saat aku berbincang-bincang padanya, dia selalu menundukkan matanya ke tanah sebagai rasa malu dan adab yang baik darinya."

Kemudian orang tua itu memandangi Musa dan berkata padanya: "Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja mengembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkannmu. Sungguh insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang saleh." Musa berkata: "Ini adalah kesepakatan antar aku dan engkau dan Allah SWT sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh tahun. Setelah itu, aku bebas untuk pergi kemana saja."

Demikianlah Nabi Musa mengabdi kepada orang tua itu selama sepuluh tahun penuh. Pekerjaan Nabi Musa terbatas pada keluar dari rumah di waktu pagi untuk mengembala kambing. Nabi Musa di Madyan merupakan suatu ketentuan yang dirancang oleh Allah SWT. Musa berdasarkan agama Yakub. Kakek beliau adalah Yakub dan Yakub sendiri adalah cucu dari Ibrahim. Dengan demikian, Musa adalah cucu dari Ibrahim dan setiap nabi yang datang setelah Ibrahim berasal dari sulbinya. Maka dari sini kita memahami bahwa Musa berada di atas agama ayah-ayahnya dan kakek-kakeknya.

Sering kali Musa mendapatkan kesunyian dan keheningan di balik pengasingan itu. Allah SWT mempersiapkan hal tersebut kepada nabi-Nya agar setelah itu beliau mampu memegang amanat yang besar dari Allah SWT. Datanglah suatu hari atas Musa. Selesailah masa yang ditentukan. Kemudian Musa merasakan kerinduan untuk kembali ke Mesir. Dengan berlalunya waktu, hukuman yang harus dijalaninya dengan sendirinya gugur. Musa mengetahui hal itu, tetapi beliau juga mengetahui bahwa undang-undang di Mesir sebenarnya terletak pada kekuatan penguasa; jika penguasa berkehendak maka Musa dapat menerima hukuman dan jika tidak berkehendak maka dia akan memaafkannya, meskipun yang bersangkutan berhak mendapatkan hukuman.

Musa berkata kepada istrinya: "Besok kita akan memulai perjalanan ke Mesir." Istrinya berkata dalam dirinya: "Di dalam perjalanan terdapat seribu macam bahaya tetapi ketenangan tetap menghiasai wajah Musa." Istri Musa tetap taat kepada Musa. Nabi Musa terbimbing dengan ketetapan-ketetapan Ilahi sehingga beliau tidak melangkahkan kakinya kecuali berdasarkan ketetapan tersebut.

Musa keluar bersama keluarganya dan melakukan perjalanan. Tiba-tiba Nabi Musa berhenti dan badannya menggigil. Nabi Musa berdiri di satu lembah. Lembah yang di situ Musa berdiri adalah lembah Thua'. Musa meletakkan kedua tangannya di atas kedua matanya karena saking dahsyatnya cahaya. Beliau melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk melindungi kedua matanya. Kemudian Musa bertanya dalam dirinya: Ini cahaya atau api? Tiba-tiba beliau tersungkur ke tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah SWT memanggil:

"Wahai Musa." (QS. Thaha: 11). Musa mengangkat kepalanya dan berkata: "Ya." Allah berkata:

"Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu." (QS. Thaha: 12).

Musa semakin menggigil dan berkata: "Benar wahai Tuhanku."

Allah SWT berkata: "Maka lepaskanlah kedua sandalmu sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci yang bernama Thua'." Musa tertunduk dan rukuk sementara tubuhnya tampak gemetar dan beliau mulai melepas sandalnya Allah SWT berkata:

Maka tinggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembahyangsuci, Thuwa'. " (QS. Thaha: 12)

Musa rukuk dan melepas kedua sandalnya. Kemudian Allah SWT kembali berkata:

"Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang diusahahan. Maka sehali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orangyang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa." (QS. Thaha: 13-16)

Musa semakin gemetar saat beliau menerima wahyu Ilahi dan saat berdialog dengan Allah SWT. Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkata:

"Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa?" (QS. Thaha: 17).

Bertambahlah keheranan Nabi Musa. Allah SWT adalah Zat yang mengajaknya berbicara dan tentu Dia lebih mengetahui daripada Musa tentang apa yang dipegangnya, lalu mengapa Allah SWT bertanya kepadanya jika memang Dia lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahwa di sana ada hikmah yang tinggi. Musa menjawab pertanyaan itu dengan suaranya yang tampak mengigigil:

"Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." (QS. Thaha: 18)

Allah berfirman:

"Lemparkanlah ia, hai Musa!" (QS. Thaha: 19)

Musa melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa herannya semakin menjadijadi. Tiba-tiba Musa dikagetkan ketika melihat tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Musa tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Musa merasa tubuhnya bergetar karena rasa takut. Musa membalikkan tubuhnya karena takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah SWT memanggilnya:

"Hai Musa, janganlah kamu takut, sesungguhnya orang yang menjadikan rasul, tidak takut di hadapanku. " (QS. an-Naml: 10)

"Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. " (QS. al-Qashash: 31)

Musa kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat itu tampak bergerak dan ular itu pun tetap bergerak. Allah SWT berkata kepada Musa:

"Peganglah ia dan janganlah takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula. " (QS. Thaha: 21)

Musa mengulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan menggigil. Musa belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi tongkat. Demikianlah perintah Allah SWT terjadi dengan cepat. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya:

"Masukanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan. " (QS. al-Qashash: 32)

Musa meletakkan tangannya di kantongnya lalu ia mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa kagum Musa bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.

Musa merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya—setelah beliau melihat kedua mukjizat ini, yaitu mukjizat tangan dan mukjizat tongkat—untuk pergi menemui Fir'aun dan berdakwah kepadanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang dan Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari Mesir. Musa menampakkan rasa takutnya kepada Fir'aun. Musa berkata bahwa ia telah membunuh seseorang di antara mereka dan beliau khawatir mereka akan membunuhnya dan membalasnya. Musa meminta kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar mengirim saudaranya Harun bersamanya. Allah SWT menenangkan Musa dengan mengatakan bahwa Dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia mendengar dan menyaksikan gerak-gerik dan perbuatan mereka. Meskipun Fir'aun terkenal dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir'aun tidak akan mampu mengganggu atau menyakiti mereka. Allah SWT memberitahu Musa bahwa Dia-lah yang akan menang. Musa berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar melapangkan hatinya dan memudahkan urusannya serta memberinya kekuatan dalam berdakwah di jalan-Nya.

lhasil masalahnya adalah dakwah di jalan Allah SWT, yaitu satu urusan yang aku tidak membawa kepadamu dari diriku sendiri. Aku bukan utusan dari bangsa Bani Israil. Aku bukan juga utusan dari diriku sendiri tetapi aku adalah seorang utusan dari Allah SWT. Aku adalah utusan Tuhan Pengatur alam semesta. Sampai pada tahap ini Fir'aun mulai memasuki pembicaraan lebih serius: Fir'aun bertanya:

"Siapakah Tuhan semesta alam itu?" (QS. asy-Syu'ara': 23) Musa Menjawab:

"Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antaranya keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya." (QS. asy-Syu'ara': 24)

Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?" (QS. asy-Syu'ara': 25)

Musa berkata dan tidak mempedulikan ejekan Fir'aun itu:

"Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu. " (QS. asy-Syu'ara': 26)

Fir'aun berkata kepada mereka yang datang bersama Musa dari Bani Israil: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila." Musa kembali berkata dan tidak memperhatikan tuduhan Fir'aun dan ejekannya:

"Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal. " (QS. asy-Syu'ara': 28)

Allah SWT menceritakan sebagian dialog yang terjadi antara Fir'aun dan Musa dalam surah as-Syu'ara':

"Fir'aun bertanya: 'Siapakah Tuhan semesta alam itu?' Musa Menjawab: 'Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya.' Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: 'Apakah kamu tidak mendengarkan?' Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.' Fir'aun berkata: 'Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar oranggila.' Musa berkata: 'Tukanyang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.'" (QS. asy-Syu'ara': 23-28)

Allah SWT mengingatkan dalam surah Thaha sebagian dari peristiwa pertemuan antara Fir'aun dan Nabi Musa.(QS. Thaha: 47-52).

Nabi Musa menarik perhatian Fir'aun tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam semesta. Nabi Musa menunjukkan kepadanya bagaimana gerakan angin, hujan, dan tumbuh-tumbuhan. Kemudian Nabi Musa juga menunjukkan bagaimana pengaruh semua itu pada bumi. Musa memberitahu kepada Fir'aun bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari tanah dan setelah itu Dia akan mengembalikan padanya dengan kematian lalu mengeluarkan manusia darinya di hari kebangkitan. Jadi, di sana terjadi hari kebangkitan dan pada hari kiamat manusia akan menghadap kepada Allah SWT. Tidak ada seseorang pun yang dikecualikan dari hal itu. Semua hamba Allah SWT akan berdiri dihadapan-Nya pada hari kiamat, termasuk Fir'aun.

Fir'aun menujukkan penentangannya kepada kebenaran yang dibawa oleh Musa. Fir'aun acuh tak acuh terhadap dakwah Nabi Musa. Fir'aun mulai menyerang pribadi Musa. Ia mulai mempersoalkan pakaian Musa dan kedudukan sosialnya bahkan ia pun menyerang cara Musa berbicara. Setelah menghina Musa sedemikian rupa, Fir'aun sengaja memakai metode kekuatan mutlak. Fir'aun bertanya kepada Musa, bagaimana ia berani menentang penyembahan terhadap dirinya.

Setelah Fir'aun menyampaikan tentang ketuhanan-nya secara mendasar, ia bertanya kepada Musa, bagaimana Musa berani menyembah tuhan selain dirinya. Ini berarti bahwa Musa ingin dijebloskan ke dalam penjara. Tiada ketentuan di sisi kami bagi orang yang menyembah selain Fir'aun kecuali penjara adalah tempatnya. (QS. asy-Syu'ara': 29).

Musa mengetahui bahwa argumentasi-argumentasi rasional tidak lagi bermanfaat. Dialog yang tenang dan sehat berubah menjadi ejekan dan hinaan serta pada akhirnya menjadi ancaman hukuman penjara. Musa mengetahui bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan mukjizat yang dibawanya. Setelah diancam akan dijebloskan ke dalam penjara, ia berkata kepada Fir'aun:

"Musa berkata: 'Dan apakah (kamu akan melakukan ini) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?'" (QS. asy-Syu'ara': 30)

Musa menantang kepada Fir'aun dan Fir'aun menerima tantangannya. Fir'aun ingin tahu sejauh mana kebenaran Musa.

"Fir'aun berkata: 'Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar.'" (QS. asy-Syu'ara': 30-31).

Musa melemparkan tongkatnya di ruangan yang besar itu. Mula-mula Fir'aun menganggap bahwa tongkat yang dibawanya jatuh karena Musa gemetar menghadapinya. Setelah Fir'aun meminta padanya bukti atas kebenaran dakwahnya, tiba-tiba tongkat yang menyentuh tanah itu berubah menjadi ular yang besar yang bergerak dengan cepat dan gesit. Ular itu menuju ke arah Fir'aun. Fir'aun tampak pucat karena takut. Ia tampak gemetar di kursinya kemudian ia berteriak agar mereka menjauhkan ular itu darinya. Nabi Musa mengulurkan tangannya ke ular itu lalu ular itu kembali menjadi tongkat yang ada di tangannya sebagaimana semula. Setelah peristiwa itu, keheningan menyeliputi istana Fir'aun. Nabi Musa kembali menunjukkan kepada orang-orang yang berdiri di sekitarnya, mukjizatnya yang kedua. Musa memasukkan tangannya di sakunya lalu mengeluarkannya. Tiba-tiba tangan itu menjadi putih seperti bulan; tangan itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang memenuhi penjuru istana. Akhirnya, semua orang yang hadir di situ merasakan kekaguman yang luar biasa sedangkan Fir'aun wajahnya tampak menghijau karena saking takutnya. "Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang rnelihatnya." (QS. asy-Syu'ara': 32-33).

Fir'aun berkata: "Sekarang, pergilah kalian berdua. Nanti kita akan lanjutkan perbincangan kita." Musa memalingkan wajahnya dan keluar dari istana. Fir'aun tampak terpukul atas peristiwa itu. Pikirannya mulai berputar-putar.

Salah seorang menteri yang lain berkata: "Saya kira ia adalah seorang yang gila. Ada juga mengatakan : Musa itu tukang sihir!!". Lalu Firaun memberi perintah untuk mengumpulkan tukang-tukang sihir yang ahli. Jika para tukang sihir telah datang dan berdiri di hadapan Musa, maka mereka akan dapat membuktikan bahwa Musa memang tukang sihir dan mereka akan mampu mengalahkannya. Dengan cara demikian, kita dapat memperdayanya di hadapan orang-orang Mesir dan anak-anak Bani Israil."

Fir'aun memanggil Nabi Musa dan berusaha mengancamnya dan menakut-nakutinya tetapi Nabi Musa tampak tenang. Fir'aun berkata kepada Nabi Musa: "Sesungguhnya engkau seorang tukang sihir, dan aku menetapkan untuk menyingkap kedokmu di hadapan semua orang. Tidak lama lagi para tukang sihir akan datang." Nabi Musa bertanya: "Kapan aku akan bertemu dengan tukang sihir itu?" Fir'aun berkata: "Di sana terdapat suatu pertemuan atau acara yang sebentar lagi akan dimulai yang dihadiri oleh banyak orang. Yaitu hari di mana angin bertiup dengan sepoi-sepoi; hari di mana bumi berhias diri menyambut kedatangan musim semi. Sungguh itu suatu pertemuan yang menakjubkan dan engkau akan dikalahkan. Sekarang aku beri kesempatan kamu untuk mencabut dakwahmu. Aku memberikan kesempatan yang terakhir bagimu untuk menyelamatkan kehormatanmu." Musa berkata dengan tidak memperhatikan perkataan Fir'aun yang terakhir: "Kami sepakat atas pertemuan itu. Kami akan hadir di hari itu di mana manusia akan berkumpul di pagi hari." Fir'aun bertanya: "Kapan engkau akan datang?" Musa berkata: "Insya Allah aku akan hadir di waktu fajar di permulaan siang."

Kemudian datanglah hari yang dijanjikan. Orang-orang berbondong-bondong keluar dari rumah. Mereka membicarakan tentang pertemuan antar Nabi Musa dan Fir'aun. Mereka menuju ke tempat perayaan sejak pagi hari. Tidak ada seorang pun di Mesir yang tidak mengetahui tentang peristiwa itu.

Keadaan saat itu benar-benar hening. Kemudian para tukang sihir maju menemui Musa. Mereka berkata kepada Musa: "Apakah engkau yang pertama kali melempar atau kami yang pertama kali melempar." Musa berkata: "Kalianlah yang pertama kali melempar." Para tukang sihir berkata: "Demi kemuliaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan menang." Musa berkata: "Celakah kalian, janganlah kalian membuat dusta kepada Allah SWT niscaya Dia akan mendatangkan siksa bagi kalian." Sebagian ahli hakikat berkata: "Nabi Musa menoleh dan kemudian ia melihat Jibril di sebelah kanannya." Jibril berkata kepadanya: "Wahai Musa, hendaklah kamu bersikap sopan kepada wali-wali Allah SWT." Musa berkata dalam dirinva: "Mereka para tukang sihir itu datang dengan maksud menyimpangkan agama Fir'aun." Jibril kembali berkata: "Bersikap lembutlah terhadap wali-wali Allah SWT. Mereka saat ini sampai salat Ashar berada di sisimu dan setelah salat Ashar mereka akan berada di surga."

Para tukang sihir itu mulai melemparkan tongkat-tongkat mereka dan tali-tali mereka. Tiba-tiba arena itu dipenuhi dengan ular-ular. Mereka menipu dan menyihir pandangan orang-orang yang melihatnya. Orang-orang yang melihat sihir itu merasa takut karena mereka mendatangkan sihir yang besar. Orang-orang merasa gembira dan Fir'aun pun menampakkan senyumnya. Ia berkata dalam dirinya: Sungguh hari ini adalah hari pembalasan atas Musa. Mukjizatnya berupa tongkat yang ada di tangannya yang dapat berubah menjadi ular, sekarang Fir'aun menghadirkan kepadanya seluruh tukang sihir di mana tongkat-tongkat dan tali-tali yang ada di tangan mereka pun berubah menjadi ular. Senyuman Fir'aun pun semakin melebar.

Nabi Musa memperhatikan tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat mereka. Ia merasa takut. Nabi Musa ingat apa yang dikatakan oleh Jibril dan ia mulai merasakan ketakutan. Bagaimana mungkin para tukang sihir itu akan masuk surga dan mereka akan menjadi wali-wali Allah SWT? Nabi Musa merasakan semua itu, namun tiada seorang pun yang mengetahui hakikat pemikiran yang terlintas dalam benak Nabi Musa saat ia berdiri dengan bajunya yang sederhana bersama saudaranya di hadapan kumpulan manusia yang banyak dari para pengawal dan tentara Fir'aun. Ketika Musa merasakan ketakutan tersebut, maka cahaya yang terang menembus dalam dirinya dan Allah SWT berkata kepadanya:

"Kami berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tuhang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang." (QS.Thaha: 68-69).

Musa merasa senang ketika mendengar Allah SWT menenangkannya. Nabi Musa dapat mengendalikan dirinya, kemudian beliau mengangkat tongkatnya dan melemparkannya. Sebelum tongkat itu menyentuh tanah, tiba-tiba terjadilah suatu mukjizat. Orang-orang dan para tukang sihir Fir'aun bahkan Fir'aun sendiri menyaksikan sesuatu yang belum pernah mereka saksikan di dunia. Biasanya seorang tukang sihir dapat menipu pandangan manusia dan memperdaya mereka seolah-olah ada ular yang bergerak padahal ia tetap di tempatnya. Tetapi apa yang terjadi saat itu adalah sesuatu yang benar-benar berbeda. Belum sampai tongkat Nabi Musa menyentuh tanah sehingga ia berubah menjadi ular yang besar dan sangat gesit.

Tiba-tiba ular ini menuju ke tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat mereka yang bergerak dan ia mulai memakannya satu persatu. Tongkat Nabi Musa memakan tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat mereka dengan cepat. Belum berselang beberapa menit sehingga arena itu kosong dari tali-tali tukang sihir dan tongkat-tongkat mereka. Tongkat-tongkat dan tali-tali tukang sihir tersembunyi dalam perut tongkat Nabi Musa. Dan bergeraklah ular yang besar menuju Nabi Musa lalu beliau mengulurkan tangannya dan tiba-tiba ular itu berubah menjadi tongkat. Para tukang sihir mengetahui bahwa mereka bukan di hadapan seorang penyihir. Mereka sebenamya adalah tokoh-tokoh sihir dan para pakar dalam hal itu di zaman mereka, tetapi apa yang mereka saksikan saat ini bukan termasuk sihir. Itu adalah mukjizat dari Allah SWT.

Akhirnya, para tukang sihir itu sujud di atas tanah. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan Pengatur alam semesta. Tuhan yang diyakini oleh Musa dan Harun." Orang-orang Mesir dan anak-anak Bani Israil menyaksikan mukjizat yang mengagumkan ini. Mereka melihat bagaimana tukang sihir-tukang sihir Fir'aun sujud kepada Musa dan Harun. Fir'aun menyaksikan bahwa bola itu kini berada di tangan Musa dan Harun. Lalu ia bangkit dari duduknya dan berteriak di depan tukang sihir: "Bagaimana kalian beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepada kalian." Para tukang sihir berkata: "Untuk beriman tidak perlu izin." Fir'aun berkata: "Kalau begitu ini adalah persekongkolan yang jelas. Sesungguhnya Musa adalah guru kalian yang mengajari kalian sihir. Sungguh tangan-tangan kalian dan kaki-kaki kalian akan diputus dan kalian akan disalib di pohon kurma. Sungguh ini adalah persekongkolan yang jelas."

Para tukang sihir berkata: "Lakukan apa saja yang engkau inginkan, hai Fir'aun. Kami tidak memilihmu dan kami tidak mengutamakanmu atas mukjizat Ilahi ini. Sesungguhnya kami beriman kepada Tuhan kami agar Dia mengampuni kami dan menghapus kesalahan-kesalahan kami. Apa yang engkau berikan terhadap kami adalah sesuatu yang sedikit, dan apa yang ada di sisi Allah SWT lebih baik dan lebih abadi. Seandainya engkau menyiksa kami dan membunuh kami dan menyalib kami, maka engkau hanya dapat menyiksa kami di kehidupan dunia ini. Tentu kehidupan dunia tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Kami hanya ingin mendapatkan pengampunan dari Allah SWT dan memasuki surga." Kemudian Fir'aun mengeluarkan perintahnya untuk menyalib semua tukang sihir. Ketika menyaksikan peristiwa tersebut, orang-orang menjadi ketakutan. Kemudian Nabi Musa dan Nabi Harun meninggalkan tempat itu dan Fir'aun kembali ke istananya. Allah SWT menceritakan dalam surah al-A'raf apa yang dialami tukang sihir dan Musa. (QS. al-A"raf: 115-126).

Para tukang sihir Mesir berubah menjadi Muslim dan mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa. Mereka beriman kepada Allah SWT. Akhirnya, mereka dinaikkan di batang-batang pohon kurma untuk disalib dan dipotong tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka. Mereka meminta kepada Allah SWT agar mereka dimatikan sebagai orang-orang Muslim.

Kemudian Musa memahami apa yang diucapkan oleh Jibril as: Mereka sejak saat ini sampai salat Ashar di sisimu dan setelahnya mereka berada di surga. Ketika memasuki waktu Ashar tubuh para tukang sihir itu berlumuran darah. Mereka disalib oleh para tentara Fir'aun.

Akhirnya, pertentangan antara Fir'aun dan Nabi Musa mencapai puncaknya. Fir'aun meyakini bahwa Musa sangat mengancam kekuasaannya. Musa—sebagaimana nabi-nabi yang lain—membawa ajarannya dengan penuh kelembutan tetapi ketika ia berhadapan dengan puncak kejahatan dan sumber-sumber yang lalim maka ia tidak segan-segan untuk menghancurkannya. Nabi Musa menantang sumber kejahatan di zamannya, yaitu Fira'un. Kemudian Fir'aun melontarkan ide untuk membunuh Musa. Fir'aun mengira bahwa membunuh Musa adalah cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalahnya.

Selanjutnya, Allah SWT menurunkan azab yang lain yaitu darah di mana sungai Nil berubah menjadi darah sehingga tidak seorang pun dapat meminumnya. Kita ketahui bahwa mukjizat-mukjizat pertama berupa sesuatu yang biasa terjadi pada tanaman. Berkurangnya air Nil atau bertambahnya air tersebut atau serangan belalang atau hama dan katak, semua ini adalah bukan hal baru bagi orang-orang Mesir. Yang baru adalah kejadian ini terjadi dengan sangat tiba-tiba dan sangat mencekam. Sedangkan mukjizat atau azab yang lain adalah azab yang tidak biasa terjadi di daerah Mesir, yaitu azab yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana air sungai Nil berubah menjadi darah.

Fir'aun telah naik pitam melihat aksi Musa. "Secara pribadi aku telah marah padanya. Jumlah mereka sedikit namun kemarahan kita terhadap mereka sungguh banyak. Kalau demikian, ini adalah peperangan." Fir'aun benar-benar seorang penjahat kelas kakap. Ia tidak berusaha menyembunyikan niatnya di balik kata-kata besarnya.

Akhirnya, bergeraklah tentara Fir'aun dengan membawa persenjataan yang lengkap dan mereka berusaha mengejar Nabi Musa. Fir'aun duduk di atas kendaraan perangnya dan mengawasi tentara di sekitamya sambil tersenyum. Barangkali ia membayangkan, jika sejak semula ia melakukan itu maka gerak-gerik Musa akan dapat dipatahkannya dan ia dapat membunuhnya. Alhasil, ia sekarang berada di jalan untuk menangkap Musa dan membunuhnya dan menyelesaikan masalah seluruhnya.

Nabi Musa berdiri di depan Laut Merah. Tampak dari kejauhan bahwa debu yang ditebarkan oleh tentara Fir'aun mulai mendekat. Lalu setelah itu tampak panji-panji tentara. Melihat hal itu, kaum Nabi Musa merasakan ketakutan. Mereka menghadapi situasi sangat sulit dan berbahaya: di depan mereka ada laut sementara di belakang mereka ada musuh. Mereka tidak memiliki kesempatan sedikit pun untuk berperang dengan pasukan Fir'aun karena mereka hanya terdiri dari wanita-wanita, anak-anak kecil, dan orang-orang lelaki yang tidak bersenjata. Fir'aun akan menyembelih mereka semuanya. Tiba-tiba terdengarlah teriakan dari kaum Nabi Musa: "Fir'aun akan menyusul kita dan menangkap kita."

Nabi Musa berkata: Tidak. Sesungguhnya Tuhanku bersamaku dan Dia pun akan membimbingiku." Kita tidak mengetahui bagaimana perasaan Nabi Musa saat itu atau apa yang dipikirkannya. Yang jelas, ia tidak mendapat kepercayaan seperti ini kecuali setelah Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia memukulkan tongkatnya ke lautan itu. Kemudian Nabi Musa pun memukulkan tongkat yang dibawanya kepada lautan itu.

Demikianlah bahwa kehendak Allah SWT pasti terlaksana meskipun harus bertentangan dengan logika manusia. Allah SWT ingin menunjukkan mukjizat, kemudian Allah SWT mewahyukan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya kepada lautan. Pemukulan tongkat terhadap lautan hanya sekadar sebab yang kemudian diikuti dengan terbelahnya lautan. Belum sampai Nabi Musa mengangkat tongkatnya sehingga malaikat Jibril turun ke bumi lalu Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke lautan. Tiba-tiba laut itu terbelah menjadi dua bagian: satu bagian menjadi kering kerontang di mana di sebelah kanannya terdapat ombak dan di sebelah kirinya juga terdapat ombak. Nabi Musa bersama kaumnya berjalan sehingga mereka dapat melewati lautan. Ini adalah mukjizat yang sangat besar. Ombak bergelombang: meninggi dan menurun sehingga tampak ada tangan tersembunyi yang mencegahnya agar jangan sampai menenggelamkan Nabi Musa atau bahkan membasahinya sekalipun.

Demikianlah Nabi Musa dan kaumnya berhasil melewati lautan. Sementara itu, Fir'aun sampai ke lautan. Ia menyaksikan mukjizat ini. Ia melihat lautan terdapat jalan keringyang terbelah menjadi dua. Fir'aun saat itu merasakan ketakutan tetapi lagi-lagi keras kepalanya dan pembangkangannya tetap menyalakan api peperangan sehingga ia menyuruh pasukannya untuk maju. Ketika Musa selesai menyeberangi lautan, ia menoleh ke lautan dan ia ingin memukulkan dengan tongkatnya sehingga kembali sebagaimana mestinya, tetapi Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia membiarkan lautan seperti semula. Seandainya ia memukulkan tong-katnya kepada lautan dan laut itu kembali seperti semula niscaya Nabi Musa akan selamat dan Fir'aun pun akan selamat, sedangkan Allah SWT telah berkehendak untuk menenggelamkan Fir'aun. Oleh karena itu, Musa diperintahkan untuk membiarkan lautan seperti semula. Allah SWT mewahyukan kepadanya:
"Dan biarlah laut itu tetap terbelah. Sesungguhnya mereka adalah tentara yang akan ditenggelamkan." (QS. ad-Dukhan: 24).

Fir'aun bersama tentaranya sampai di tengah lautan. Ia sudah melewati separuhnya dan ia akan sampai ke tepi yang lain. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Jibril. Lalu Jibril menggerakkan ombak sehingga ombak itu menerpa Fir'aun dan menenggelamkannya beserta tentaranya. Fir'aun dan tentaranva tenggelam. Pembangkangan telah tenggelam sedangkan keimanan kepada Allah SWT telah selamat.

Ketika tenggelam, Fir'aun melihat tempatnya di neraka. Kini. ia sadar dan tabir telah terkuak di depannya. Fir'aun telah menjemput sakaratul maut. Ia telah menyadari bahwa Musa adalah seorang yang benar dan ia telah menyia-nyiakan dirinya dengan menentangnya dan berusaha memeranginya. Fir'aun berusaha menunjukkan keimanannya.

"Hingga bila Fir'aun itu hampir tenggelam berkatalah dia: 'Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).'" (QS. Yunus: 90).

Taubat Fir'aun tidak berguna dan tidak diterima; taubat yang justru disampaikan ketika ia menyaksikan azab dan akan memasuki pintu kematian. Jibril berkata kepadanya:

"Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan hamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Yunus: 91).

Fir'aun Mesir telah mati. Ia tenggelam di hadapan mata orang-orang Mesir dan Bani Israil. Meskipun ia telah mati, tetapi pengaruhnya tetap membekas pada jiwa orang-orang Mesir dan Bani Israil. Sungguh sangat sulit untuk menghilangkan pengaruh kehinaan yang sekian lama atau sekian tahun tertanam dalam jiwa.

Musa berjalan bersama kaumnya di Saina', yaitu suatu gurun yang di dalamnya terdapat pohon yang dapat melindungi dari sengatan matahari dan di dalamnya terdapat makanan dan air. Kemudian rahmat Allah SWT turun kepada mereka di mana mereka mendapatkan al-Manna dan Salwa dan mereka dinaungi oleh awan. Al-Manna adalah makanan yang rasanya mendekati manis dan ia dihasilkan oleh sebagian pohon-pohon yang berbuah di mana angin membawa kepada mereka rasa demikian ini dari daun-daun pohon.

Ketika mereka merasakan kehausan yang sangat saat di Saina' tidak ada setetes air pun maka Nabi Musa memukulkan dengan tongkatnya kepada batu sehingga batu itu memancarkan dua belas mata air. Bani Israil terbagi menjadi dua belas cucu maka Allah SWT mengirim air tersebut kepada setiap kelompok. Meskipun mereka mendapatkan kemuliaan dan kehormatan yang sedemikian rupa, tetapi lagi-lagi jiwa mereka yang sakit tidak dapat menyadarkan mereka untuk mensyukuri nikmat-nikmat ini. Mereka justru mendebat Nabi Musa dan mengatakan bahwa mereka bosan dengan makanan ini.

Orang-orang dahulu mengatakan bahwa Nabi Musa berpuasa selama tiga puluh hari sepanjang malam dan siang tanpa mencicipi makanan sedikit pun kemudian Nabi Musa tidak ingin untuk berdialog kepada Tuhannya sementara mulutnya dalam keadaan seperti mulut orang yang berpuasa. Lalu beliau memakan sedikit dari tanaman bumi dan beliau mengunyahnya. Tuhannya berkata kepadanya: "Mengapa engkau berbuka?" Musa menjawab: "Ya Tuhanku, aku tidak ingin berbicara denganmu kecuali mulutku dalam keadaan baik baunya." Allah SWT menjawab: "Tidakkah engkau mengetahui wahai Musa bahwa mulut orang yang berpuasa di sisi-Ku lebih baik daripada bau misik. Kembalilah engkau berpuasa selama sepuluh hari kemudian datanglah kepada-Ku." Nabi Musa as pun melaksanakan perintah-Nya.

Kami tidak mengetahui secara pasti, mengapa Nabi Musa berpuasa selama empat puluh malam, bukan tiga puluh hari. Yang kita ketahui bahwa Allah SWT menambah sepuluh hari yang lain. Setelah itu, turunlah Taurat; turunlah kepadanya sepuluh wasiat:

1. Perintah untuk hanya menyembah kepada AJlah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.

2. Larangan untuk bersumpah bohong atas nama Allah SWT.

3. Menjaga kehormatan pada hari Sabtu. Dengan pengertian, memfokuskan hari Sabtu sebagai hari ibadah.

4. Perintah untuk menghormati ayah dan ibu.

5. Menyadari bahwa Allah SWT yang dapat memberi dan membagi.

6. Janganlah engkau membunuh.

7. Janganlah engkau berzina.

8. Janganlah engkau mencuri.

9. Janganlah memberikan kesaksian yang palsu.

10. Jangan engkau merasa tertipu atau terpikat kepada rumah temanmu atau istrinya atau budaknya atau sapinya atau keledainya.

Aliah SWT berfirman:

"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: 'Ya Tuhanhu, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.'" (QS. al-A'raf: 143).

Demikianlah dorongan cinta dari para pecinta sejati. Musa bertanya dan meminta kepada Tuhannya sesuatu yang menakjubkan tetapi Allah SWT menjawabnya:

"Tuhan berfirman: 'Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku." (QS. al-A'raf: 143).

Allah SWT memerintahkannya agar melihat gunung, dan jika gunung itu masih menetap di tempatnya maka ia akan dapat melihat Tuhannya.

Allah SWT berfirman:

"Tetapi lihatlah ke hukit itu, makajika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakaia) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. (QS. al-A'raf: 143).

Musa turun dari gunung dan membawa papan Taurat.  Namun beliau terkaget karna melihat kaumnya kembali menyembah berhala.

Musa bertanya, "Apakah Harun tidak menaati perintahnya, bagaimana ia mendiamkan fitnah ini; bagaimana ia tetap bersama mereka dan tidak meninggalkan mereka serta berlepas diri dari perbuatan mereka; bagaimana ia tetap diam dan tidak berusaha melawan mereka, bukankah orang yang diam atau membiarkan suatu kesalahan itu bertanda bahwa ia merestuinya atau bagian dari kesalahan itu?" Keheningan semakin meningkat ketika gelora api kemarahan Musa semakin membara. Harun bericara kepada Musa dan meminta kepadanya untuk melepaskan kepalanya dan jenggotnya karena mereka berdua berasal dari ibu yang satu. Harun mengingatkan Musa akan kedekatan hubungannya melalui ibu, bukan melalui ayah agar hal itu lebih dapat membuat Musa merasa kasihan kepadanya:

"Harun menjawab: 'Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang jenggotku danjangan (pula) kepalaku.'" (QS. Thaha: 94).

"Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?" (QS. Thaha: 86)

Musa tampak marah dan mengejek mereka dan menunjukkan betapa bodohnya apa yang mereka lakukan. Dengan kemarahan yang luar biasa, Musa kembali berkata:

"Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya) kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan." (QS. al-A'raf: 152).
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Ale Cobain | Mbah Google | Kampung Lurah
Copyright © 2012. Ale Cobain - All Rights Reserved
Template Modify by Ale Cobain
Proudly powered by Blogger