Allah SWT berkehendak untuk menciptakan Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al-Baqarah: 30).
Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw tentang Nabi Adam: "Apakah ia
sebagai nabi yang diutus?" Beliau menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia
menjadi rasul bagi siapa? Sementara di bumi tidak ada seorang pun?"
Beliau menjawab: "Ia menjadi rasul bagi anak-anaknya."
Tabir penciptaan disingkap di tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata:
'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?' Tuhan
berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'"
(QS. al-Baqarah: 30).
Para malaikat mengetahui bahwa Allah SWT akan menciptakan khalifah di
muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya kepada mereka secara
terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari
tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di dalamnya,
para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa sujud
tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud
ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.' Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya. ' Lalu
seluruh malikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis. Dia menyombongkan
diri dan dia termasuk orang-orang yang kafir. " (QS. Shad: 71-74)
Allah SWT mengumpulkan segenggam tanah dari bumi; di dalamnya terdapat
yang berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan merah. Oleh karena itu,
manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT mencampur tanah dengan
air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam
yang diberi bentuk. Dari tanah inilah Allah menciptakan Nabi Adam. Allah
SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di
dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai
ada di dalamnya.
Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua matanya dan ia melihat para
malaikat semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu makhluk yang berdiri
di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang tidak mau bersujud
itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para malaikat
tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari
kelompok jin. Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud
kepada Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:
"Allah berfirman: 'Hai Iblis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada
yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan
diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi? 'Iblis
berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari
api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.' Allah berfirman: 'Maka
keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.' Iblis
berkata: 'Ya Tuhanku, ben tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang
yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya
(hari kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan
mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'"
(QS. Shad: 75-83).
Allah SWT tidak pernah mencabut kebebasan yang diberikan-Nya kepada
iblis. Namun pada akhirnya, iblis tetap sebagai hamba yang kafir. Iblis
benar-benar menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah SWT mengetahui
bahwa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam dan akan
menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya
menjadi tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada
makhluk-makhluk-Nya yang dibebani tanggung jawab. Dia memberikan kepada
mereka kebebasan mutlak sehingga mereka bisa saja menolak perintah-Nya.
Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran orang-orang kafir dan
orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya tidak berarti meng-urangi
kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin dan
kepatuhan orang-orang yang taat tidak berarti menambah kebesaran
kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.
Setelah mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran
kedua dari Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis
adalah simbol kejahatan di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahwa
para malaikat adalah simbol kebaikan, sementara ia belum mengenal
dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT memberitahukan kepadanya tentang
hakikatnya, hikrnah penciptaannya, dan rahasia penghormatannya. Allah
SWT berfirman:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. al-Baqarah: 31)
Allah SWT memberinya rahasia kemampuan untuk meringkas sesuatu dalam
simbol-simbol dan nama-nama. Allah SWT mengajarinya untuk menamakan
benda-benda: ini burung, ini bintang, ini pohon, ini awan, dan
seterusnya. Nabi Adam mempelajari semua nama-nama tersebut. Yang
dimaksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT
menanamkan pengetahuan yang luas dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan
yang terus mendorongnya untuk mengetahui sesuatu. Hasrat untuk menggali
ilmu dan belajar juga diwariskan kepada anak-anaknya Nabi Adam. Inilah
tujuan dari penciptaan Nabi Adam dan inilah rahasia di balik
penghormatan para malaikat kepadanya. Setelah Nabi Adam mempelajari nama
benda-benda; kekhususannya dan kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan
benda-benda tersebut atas para malaikat-Nya dan berkata:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itujika kamu memang orang-orangyang benar. " (QS. al-Baqarah: 31)
Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)
Nabi Adam dam Hawa memasuki surga dan di sana mereka berdua merasakan
kenikmatan manusiawi semuanya. Di sana mereka juga mengalami
pengalaman-pengalaman yang berharga. Kehidupan Nabi Adam dan Hawa di
surga dipenuhi dengan kebebasan yang tak terbatas. Dan Nabi Adam
mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di
surga bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin
komunikasi dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih
sungai-sungai, dan musik alam sebelum ia mengenal bahwa alam akan
disertai dengan penderitaan dan kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan
bagi mereka untuk mendekati segala sesuatu dan menikmati segala sesuatu
selain satu pohon, yang barangkali ia adalah pohon penderitaan atau
pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada mereka sebelum memasuki
surga:
"Dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Baqarah: 35)
Nabi Adam dan Hawa mengerti bahwa mereka dilarang untuk memakan sesuatu
dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah manusia biasa, dan sebagai
manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik serta tekadnya melemah. Maka
iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan mengumpulkan segala
kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus berusaha
membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam. Apakah aku akan menunjukkan
kepadamu pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam
bertanya-tanya dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia
memakan buah tersebut, barangkali itu benar-benar pohon keabadian. Nabi
Adam memang memimpikan untuk kekal dalam kenikmatan dan kebebasan yang
dirasakannya dalam surga.
Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan Hawa sibuk memikirkan pohon itu.
Kemudian pada suatu hari mereka menetapkan untuk memakan pohon itu.
Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah mengingatkan mereka agar tidak
mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah musuh mereka sejak dahulu.
Nabi Adam mengulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu
buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua
memakan buah terlarang itu.
Allah SWT berfirman: "Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)
Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan
penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya
dan berhentilah musik indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia
mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian juga istrinya. Akhirnya, ia
mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa istrinya seorang wanita. Ia
dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka
yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun
dari surga.
Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari surga. Nabi Adam
dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. Karena
ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan
Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka
yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan
akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT berfirman:
"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25).
Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi sebagai penurunan penghinaan tetapi
ia merupakan penurunan kemuliaan. Allah SWT mengetahui bahwa Nabi Adam
dan Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke
bumi. Allah SWT juga mengetahui bahwa setan akan merampas kebebasan
mereka. Pengalaman merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah
di muka bumi agar Nabi Adam dan Hawa mengetahui—begitu juga keturunan
mereka— bahwa setan telah mengusir kedua orang tua mereka dari surga,
dan bahwa jalan menuju surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah
SWT dan permusuhan pada setan.
Allah SWT menerima taubatnya dan memaafkannya serta mengirimnya ke bumi.
Nabi Adam adalah Rasul pertama bagi manusia. Mulailah kehidupan Nabi
Adam di bumi. Ia keluar dari surga dan berhijrah ke bumi, dan kemudian
ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada anak-anaknya dan
cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai dakwahnya
dan menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau berhijrah.
Di sana Nabi Adam keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan di
sini (di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan
kenabian mereka.
Ttahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya tersebar
di bumi, lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin bertiup sangat
kencang. Dan bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh Nabi
Adam, di mana dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh
air danau. Dan ketika pohon itu menjadi tegak setelah berlalunya angin,
air mulai berjatuhan di antara cabang-cabangnya dan tampak dari jauh
bahwa pohon itu sedang menarik dirinya (memisahkan diri) dari air dan
menangis. Pohon itu sedih dan dahan-dahannya berguncang. Sementara itu,
di langit tampak bahwa bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan
menerobos kamar Nabi Adam sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam.
Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat dan lebih muram dari wajah bulan.
Bulan mengetahui bahwa Nabi Adam akan mati.
Nabi Adam menenangkan anak-anaknya, bahwa Allah SWT tidak akan
membiarkan manusia sendirian di muka bumi. Sesungguhnya Dia akan
mengutus para nabi untuk membimbing mereka dan menyelamatkan mereka.
Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan mukjizat-mukjizat
yang berbeda-beda. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu hal, yaitu
mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.
Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam
menutup kedua matanya, dan para malaikat memasuki kamarnya dan
mengelilinginya. Had Nabi Adam tersenyum ketika mendapatkan kata salam
yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar